SESUDAH RAMADLAN BERLALU
Sesudah Ramadlan berlalu
Akankah kita sepakat untuk saling merindu, Ibu?
Banyak huruf-huruf dalam tadarus yang ingin kukisahkan, iktikaf yang membuat mataku berkaca-kaca sepanjang malam, dan kepulanganku yang entah kapan
Juga tentang sepincuk takjil dan mimpi-mimpi masa kecil yang belum kita lunasi
Bahkan dalam doamu, Ibu, kugantung harapan besar yang masih kunanti kapan terkabul dalam wujud ayat-ayat puisi
Ibu, di kelopak mataku hujan deras sering datang di luar musimnya
Membanjiri kerinduanku padamu seperti mawar ungu yang membuat syahdu rimba rindu dalam belantara lapar dan dahaga hidupku
Dimanakah Ibu menghamparkan tikar istighfar sebagai karpet merah bagi jalan cinta ini?
Serupa gemerlap cahaya yang pecah di tempurung kepala
Lalu berpendar di langit hingga aku tak sanggup mengenali wajahmu karena silauNya
Tak ada hadiah untukmu di Hari Lebaran ini, Ibu
Bahkan sebuah mukenah berwarna putih yang kuimpikan akan kubingkiskan padamu sejak masa kecilku
Sesudah Ramadlan berlalu aku ingin kau menerima takdirku
sebagai yatim-piatu
Gus Nas Jogja, 14 April 2024